www.ernawatililys.com – Menjadi ibu tiga anak dan sedang menanti kelahiran anak ke empat memang menjadi sebuah kebahagiaan bagi saya. Di rumah selalu ramai, bahkan anak-anak tidak paham bahwa sekolah diliburkannya karena adanya pandemi yang menyerang seluruh dunia. Mereka tetap aktif bermain bertiga, dengan permainan yang mereka sukai. Namun, rasa jenuh mulai menyerang di bulan kedua berada di rumah. Anak sulung, mulai bertanya-tanya kenapa sekolah libur? Kenapa belajar di rumah? Kenapa tugas-tugas sekolah tetap dikerjakan dan semua kegiatan belajar dilakukan secara online. Bahkan pertanyaan yang paling sering diucapkan yaitu tentang tidak boleh lagi keluar rumah. Ya, di rumah satu-satunya yang keluar adalah suami. Mulai dari belanja dan juga aktivitas lainnya, itupun jika memang terpaksa dan ada kebutuhan yang tidak bisa dialihkan ke online.
Baca juga : Diare Pada Anak
Memang untuk beberapa aktivitas belanja pun, saya sudah memilih online. Paket kebutuhan bulanan biasanya diantar ke rumah. Tetapi, tidak mudah juga menerima paket di musim seperti ini, harus tetap waspada dan tidak langsung membukanya. Biasanya anak-anak yang sudah tidak sabar dan ingin langsung membuka, tetapi tetap suami yang siaga terdepan. Saya sebagai ibu hamil pun yang biasa menangani belanja dan kebutuhan rumah tangga menjadi mundur dahulu untuk saat ini. Waspada perlu, jangan terlalu lengah.
Tentu ada alasan, bukan hanya kepanikan yang tanpa dasar. Tinggal di lokasi dengan zona merah, dan penduduknya masih abai masalah virus corona ini, bikin khawatir. Masih banyak masyarakat yang keluar rumah tanpa ada keperluan mendesak, berkumpul dan mengobrol dengan tetangga, tanpa menggunakan masker. Tidak hanya itu anak muda pun sama, berkumpul dan bepergian sesuka hati. Tanpa menghiraukan penyebaran virus bisa dari mereka yang berkontak langsung dengan orang-orang luar. Sedang pemberitaan kematian sehari bisa dua atau tiga orang. Walau tidak diberitakan tentang penyakit virus corona tetap saja hati ini was-was. Karena tidak tahu juga, apakah warga paham jika kejadian-kejadian singkat yang langsung membuat seseorang sesak napas dan meninggal dunia, sudah diperiksa atau belum sebagai penderita virus corona.
Berdiam diri di rumah saat ini memang lebih aman. Apalagi informasi bisa diakses dari smartphone dan juga laptop. Baik membaca berita terupdate tentang perkembangan virus corona. Juga berita-berita seputar kegiatan di beberapa group whatsapp dan telegram. Seperti grup sekolah yang selalu mengupdate info pembelajaran daring. Group kehamilan yang juga terkena dampak di masa pandemi ini, mendengar beberapa rumah sakit menjadi rujukan pengobatan pasien corona, ada juga beberapa puskesmas yang sudah meliburkan sementara karena petugasnya perlu karantina setelah ada pasien positif corona yang membuat para petugas medis menjadi ODP, PDP.
Dalam pemberitaan juga sudah banyak, dokter-dokter di rumah sakit yang terpapar virus corona karena ketidakjujuran pasien. Akhirnya puluhan dokter harus karantina mandiri, selain itu banyak juga yang berguguran menjadi pahlawan kesehatan. Ya, duka mendalam bagi para tenaga medis dan juga masyarakat. Kapan pandemi ini akan segera berakhir?
Dalam keterbatasan gerak, banyak juga masyarakat yang ikut sesak. Walau sesak di sini tak melulu ia positif virus korona. Bisa karena terlalu banyak menyerap informasi secara berlebihan dan memasuki alam bawah sadar hingga muncul ketakutan, perubahan ritme harian yang biasanya keluar rumah saat ini harus bertahan terus di dalam rumah, stres karena banyak pikiran dan juga pekerjaan, ada juga dampak besar yang dialami baik pekerja atau pengusaha. Secara fisik mungkin tidak terlihat sakit, namun secara psikologi butuh penenangan.
Seorang teman dan juga ibu bekerja, yang sempat khawatir masih harus bolak balik menyelesaikan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan secara online atau work from home, sempat khawatir kalau ia sudah menjadi perantara virus corona untuk keluarganya. Mau ke rumah sakit, tentu juga semakin khawatir jika ternyata berkontak tidak langsung dengan orang-orang yang sakit di sana. Akhirnya, ia memilih menggunakan aplikasi halodoc dan berkonsultasi langsung dengan para dokter pilihan di sana. Setelah menyebutkan gejala, lalu diminta mengukur suhu tubuh, dan menjawab beberapa pertanyaan dari dokter, akhirnya bisa tenang. Bahwa ia dalam keadaan sehat hanya saja memiliki tingkat kecemasan yang berlebihan. Setelah selesai pekerjaan pun, dokter menyarankan untuk tidak keluar rumah jika tidak ada urusan yang mendesak. Selain itu ada tips juga untuk menjalani karantina mandiri, jika mengalami gejala yang telah disebutkan atau mendekati gejala virus corona. Karena pada sebagian orang, virus corona juga tidak memiliki gejala. Sedangkan ciri-ciri virus corona bagi sebagian orang tak selalu sama gejalanya. Seperti di kutip dari halodoc.com gejala virus corona yang terbilang ringan yaitu hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, demam, merasa tidak enak badan. Sedangkan beberapa virus corona juga bisa menyebabkan gejala yang parah seperti bronkitis dan pneumonia, gejala yang ditimbulkan akan lebih berat lagi demam yang cukup tinggi, batuk berlendir, sesak napas, nyeri dada atau sesak saat bernapas atau ketika batuk.
Untuk menjaga kesehatan tubuh perlu dilakukan pola hidup sehat, jauhkan pikiran negatif apalagi stres dengan selalu berkominukasi positif antar anggota keluarga, menjaga kebersihan makanan, mengkonsumsi makanan yang sehat, tidur yang cukup dan jauhi begadang, serta jangan lupa tetap berolah raga di rumah. Jika bepergian harus gunakan masker dan sarung tangan, jangan memegang area wajah ketika dari luar, sebelum mencuci tangan dengan bersih terlebih dahulu. Sediakan handsanitiser, serta menjaga kebersihan diri dan juga rumah.
Selain kesehatan fisik yang perlu di jaga, kesehatan mental juga tak kalah penting untuk selalu diperhatikan. Karena di masa karantina di rumah saja, yang tidak tahu sampai kapan, akan menghadirkan kekhawatiran, ketakutan serta kejenuhan yang membuat hidup tidak semangat. Maka perlu membangun kondisi yang positif ketika di rumah, belajar di rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah agar bisa dilalui dengan menyenangkan tanpa beban. Tentu rasa rindu berkumpul dengan keluarga yang lain, dengan teman, dan lainnya pun akan hinggap. Namun, ketika kita sudah paham tentang berdamai dengan sebuah kondisi yang memang mengharuskan bertahan di rumah saja, maka optimalkan kegiatan-kegiatan positif, kreatif dan inovatif bersama keluarga di rumah. Juga bonding terbaik dan maksimalkan dengan anak-anak dan juga pasangan.
Salam Inspirasi
Emang mulai terasa bosan ya di rumah terus selama hampir 2 bulan ini, tapi demi kepentingan bersama ya harus dijalani.
BalasHapusBtw saya pun udah donlot app Halodoc, membantu banget dengan informasinya.
iya mom, karena kepastiannya sampai kapan belum terprediksi. Sip, halodoc memang membantu sekali . :)
Hapus