Introvert itulah saya yang terdahulu.Pendiam sejati yang dalam kehidupan dunia nyata amat sangat jarang terdengar berbicara. Kaku berkomunikasi, serta tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasa. Namun semua berubah saat saya mencintai buku. Suka membaca berbagai genre buku,paling suka buku dengan bahasa popular karena mudah dipahami. Dari minat baca ini, ada impian yang terpendam yaitu ingin juga menulis buku karya sendiri.
Awalnya merasa semua itu sulit. Tidak mungkin terjadi, apalagi saya jarang bergaul. Organisasi di sekolah saja yang saya ikuti,di luar tidak ada. Bahkan saya dapat kursus gratis karena langganan juara kelas di tempat bimbel pun tidak saya pakai. Hanya beberapa kali pertemuan karena sifat pemalu saya bertemu teman-teman dari sekolah lain. Tidak biasa. Hidup selalu monoton, sekolah lalu pulang ke rumah. Nyaris tak ada teman dekat. Sekalipun ada hanya dua atau tiga orang saja. Di sekolah lebih banyak di perpustakaan dengan membaca buku-buku yang berjajar rapi.
Kemudian setelah lulus sekolah SMA, nekad merantau demi meraih impian yaitu ingin kuliah. Ternyata mimpi yang lama terpendam itu menemukan titik terang di tanah rantau. Dari status mahasiswi yang sibuk membelah diri dengan status karyawati, ditambah godaan ingin ikut organisasi kepenulisan. Masih maju mundur niat di hati, karena pasti jadwal semakin padat. Tetapi dorongan itu semakin kuat, akhirnya memberanikan diri untuk mendaftarkan diri dan ikut pelatihan menulis selama 9 bulan. Alhamdulillah lulus dan diinaugurasi, label muda di jenjang kepenulisan sebuah organisasi pun tersemat.
Satu persatu karya pun lahir, dari antologi, artikel,menang lomba kepenulisan hingga akhirnya buku duet pun terbit. Tak disangka menelurkan pula buku solo. Semua ini tentu sebuah proses panjang dalam berkarya.
Kini, dari buku yang terbit itu ternyata yang introvert ini harus bisa berbagi di depan terutama berbagi pengalaman dan membedah karyanya. Pengalaman pertama launching buku antologi di komunitas kepenulisan. Bikin deg-deg an nggak hilang-hilang.
Tidak terpikirkan juga ternyata dapat undangan sebagai pembicara bedah karya di Islamic Book Fair dan satu panggung dengan penulis senior. bikin merinding.
Bukan itu saja, suara pun ikut mengudara dengan jadwal on air di radio Dakta, bukan hanya sekali saja ke radio Dakta untuk promo buku terbaru.
Lalu, dari cinta buku ini lahir pula puluhan resensi yang diapresiasi lagi oleh penerbit dengan beberapa reward yang diberikan bahkan dapat juara resensi.
Semua berawal dari cinta baca buku. Buku yang membawaku pada pengalaman luarbiasa. Sebagai anak rumahan tentu tak percaya ternyata melewati fase indah ini. Bahkan saat ini dipercayai menjadi mentor online dan offline. Ada juga yang datang ke rumah saya langsung untuk belajar kepenulisan ataupun blogging.
Pada tahun 2015 saya membaca 100 buku dalam setahun. Hampir setengahnya yaitu 30 buku terbit sebagai resensi di berbagai media baik media cetak seperti koran dan majalan, media online ternama maupun portal berita online. Sisanya ada yang tidak ada kabar dari redaksi yang saya kirimkan by email, ada yang saya posting di blog saya ini. Diantaranya, buku-buku yang saya baca yaitu :
Pada tahun 2015 saya membaca 100 buku dalam setahun. Hampir setengahnya yaitu 30 buku terbit sebagai resensi di berbagai media baik media cetak seperti koran dan majalan, media online ternama maupun portal berita online. Sisanya ada yang tidak ada kabar dari redaksi yang saya kirimkan by email, ada yang saya posting di blog saya ini. Diantaranya, buku-buku yang saya baca yaitu :
Add caption |
Ada banyak buku anak yang saya baca. Hal ini pula yang mengantarkan saya menjadi penulis buku anak. Tentu dampak dari membaca buku. Karena dari baca buku inilah ada niat yang sama ingin menulis buku, ada keinginan untuk belajar dan juga merealisasikan mimpi.
Salah satu karya buku teman saya, saya suka dengan gaya penulisannya yang popular dan mudah dipahami. Tidak seperti buku yang sedang menceramahi saya. Irja Nasrullah ini seorang pria single dan mahasiswa yang produktif sekali menulis. Sedang menyelesaikan S2 nya di Mesir. Karya-karyanya saya suka dan juga berpengaruh dalam penulisan buku-buku saya yang bertema non fiksi juga.
Baca lengkapnya : Jejak karya
Oh iya, tulisan tentang buku ini dibuat dalam rangka Colaboration Writing bersama teman-teman blogger alumni blogger Dilo (Idenya unik kan :) ), yang saat ini dimenangkan oleh Mba Prita HW yang menantang menuliskan tema Buku. Jadi ingin tahu pengalaman Mba Prita tentang sebuah buku. Yuk kepoin tulisannya : http://www.pritahw.com/2017/04/aku-dan-buku.html
Salam Inspirasi
Wiiih keren mba Erna. Dulu sy sempat punya cita2 pengen nulis novel. Sampe saat ini malah bingung mau mulai darimana hahaha. Segala sesuatu memang perlu ilmunya dulu ya mbak..
BalasHapusiya bisa ikut kelas kepenulisan mba, bisa yang online atau offline ada yang gratis ada pula yang bayar, pilih saja mana baiknya
Hapusnice share
BalasHapusterima kasih
HapusBetul mbak, saya juga sejak banyak baca buku terutama buku pengembangan diri saya yang dulunya introvert mulai menjadi pribadi yang lebih ramah dan terbuka
BalasHapussama berarti ya mba nunu.Semoga bisa berbagi ilmu lewat tulisan2 ya mba Nunu
HapusProsesnya Mbak Erna keren banget ya, dari yg introvert jadi ekstrovert dan bisa berbagi pula :)Btw itu, buku barengan kita yg Mengejar Mimpi, aku ga pernah megang bentuk fisiknya mbakkk :(
BalasHapusIya Mba, sebenarnya introvert aku masih ada di dunia nyata, tetapi nggak menguasai seperti dulu. sekarang kalau berbagi ilmu bisa ekstrovert sekali. bisa berkomunikasi dengan lainnya. Wah iya mba, bukunya masih ada di rumah. senang pernah satu buku sama mba Prita
HapusLuar biasa mbak Erna, kisahnya. Sukses u/ karier kepenulisannya ya Mbak. Perlu aku contoh nih, baca 100 buku dlm setahun. Aku malah lebih kuat baca status di medsos, hahaha
BalasHapusiya mba bikin prioritas dan fokus juga , godaan sosmed emang dahsyat juga
HapusOrg yg suka nulis biasanya juga suka baca, membaca membuat kita kaya pengetahuan ya mbak :D
BalasHapusiya hobi banget baca, terus dikreatifkan dengan menulis jadinya bisa berkarya
Hapuskagum warbiyasak sama dirimu yg bisa teuteup aktif nulis meski riweuh endebre endebre... sukseis terus buat erna
BalasHapusMakasi kaka kembar,belajar juga dari kaka :)
HapusSangat menginspirasi mba Erna, saya juga seorg introvert. Salam kenal.. :)
BalasHapus