Anak dengan Kecerdasan Naturalis, Bagaimana Menghadapinya? - Sebagai ibu tiga anak balita yang terpaut jarak cukup dekat yaitu 5 tahun dan 2 tahun dan 1 bulan. Mengamati tingkah laku anak-anak di rumah menjadi sebuah kebahagiaan sendiri. Seperti yang para Moms tahu anak-anak adalah karunia terindah. Walaupun banyak tingkah polanya yang membuat orangtua senyum meringis.
Anak pertama saya, si Kakak ini memiliki kemandirian yang cukup diusianya. Terlahir sebagai seorang kakak, ia mampu mengajak adiknya bermain dan juga berpetualang seru di rumah. Tak hanya itu si Kakak yang baru memasuki kelas PAUD ini sudah dapat merapikan buku-bukunya sendiri, mengerjakan PR serta merapikan mainan (walau terkadang harus minta tolong atau dibujuk dahulu). Selain itu ia selalu tanggap bertindak, misal hujan langsung membantu saya mengangkat jemuran. Terkadang ketika saya malam hari melipat pakaian, si Kakak membantu melipat pakaian juga, walau yang dilipatnya hanya baju-bajunya sendiri.
Diusia 4 tahun sudah bisa gunting kukunya sendiri, sudah bisa pulang pergi ke sekolah tanpa perlu diantar jemput (tetapi saya malah yang tetap menunggunya di sekolah dan mengantar jemputnya karena ingin menemaninya hingga PAUD saja, kalau TK sudah ada adiknya lagi yang baru lahir). Kemandiriannya terkadang juga surut dimana kala adiknya masih dimanjakan seperti adiknya masih dipakaikan baju setelah mandi, tidur masih ditemani. Tetapi si Kakak ini tetap memiliki kemandirian dan sikapnya yang disiplin serta rapi membuatnya menjadi anak yang menyenangkan hati orangtua.
Berbeda dengan si Kakak, adiknya ini hobi sekali berantakan. Memiliki wajah lucu dan menggemaskan serta senyum khas andalan jika sedang membuat orangtuanya ingin memarahinya. Ya, adiknya ini Fay, hobi sekali membawa aneka binatang ke rumah. Jangankan disimpan di dalam rumah terkadang dibawa pergi dalam genggamannya.
Beberapa kejadian yang pernah saya temui bersama Fay ini, ketika Minggu pagi bersama suami naik motor menuju pasar. Di atas motor saya sebagai ibunya sedikit curiga dengan tangannya kiri dan kanan selalu mengepal. Di atas motor yang sedang melaju, saya membujuknya untuk membuka isi kepalan tangannya. Sesuatu yang membuat saya bergilik jijik ternyata ada ulet pohon yang dikepal ditangan kirinya serta ulat kaki seribu di tangan kanannya. Saya membujuknya untuk segera melepaskan dua ulat tersebut. Awalnya menolak, tetapi akhirnya mau menuruti juga. Sesampainya di pasar, saya membeli air mineral untuk mencuci tangannya.
Kejadian berikutnya, ketika saya tertidur bersamanya. Saya biasanya memeluknya sambil terlelap tidur. Malam kebetulan hujan lebat, berpelukan adalah cara membuat hangat dari cuaca yang dingin. Ketika saya terlelap tidur sambil memeluknya, tiba-tiba tangan saya ada benda bergerak basah-basah dingin. Saya pikir atap rumah bocor, saya menatap ke langit tetapi tidak ada yang bocor. Saya pun memberanikan diri melihat benda bergerak ditangan saya, dan ternyata ada kodok yang sedang asyik duduk di tangan saya. Sontak saya hempaskan tangan saya, hingga kodok tersebut terpental. Saya pun memanggil suami, untuk mengeluarkannya dari kamar.
Sejak kejadian itu suami mencari lubang-lubang kecil di rumah, pintu dan jendela. Semua tak ada celah buat binatang masuk. Tetapi kami bingung kenapa kodok sebesar itu bisa masuk dalam kamar.
Suatu malam dimana udara cukup dingin dan di rumah datang binatang laron di cahaya lampu , si kakak mendapati adiknya membawa toples dan berisi kodok-kodok. Kodok-kodok yang datang untuk memakan binatang laron di depan rumah, ternyata ditangkapi oleh Fay dengan tangannya sendiri tanpa alat penjaring atau sarung tangan. Saya melihatnya tentu terkejut sekali. Anak kedua saya ini begitu berani menangkap kodok kecil hingga besar.
Drama kodok sedikit demi sedikit saya beri edukasi ke si Kecil Fay, bahwa menangkap kodok dan memasukkannya ke kamar bukanlah habitatnya. Saya pun membelikan buku pengetahuan tentang kodok dan membacakan untuknya. Sedikit demi sedikit fay tak membawa binatang kodok ke dalam rumah lagi.
berani pegang kodok |
Ayah anak-anak hobi sekali makan lele. Saya setiap ke pasar beli beberapa kilo lele dan tentu saja dipotong-potong sama abang tukang lelenya. Ternyata anak saya Fay ini meminta saya membeli lele hidup dan setelah di rumah menaruhnya di bak. Saya pikir seperti ikan hias yang selalu di beli kakaknya di sekolah. Dipandangi lalu diberi makan dan terkadang kakaknya membuat sarang dari rumput yang ada dihalaman untuk ikan hiasnya.
Bagi Fay lele bagaikan boneka lulu, digendong, dibawa ke dalam rumah bahkan pernah ke kasurnya. Lele juga diajaknya bermain, berendam bersama lele, serta memegang lele dan menaruhnya di lehernya.
Amis, ya rumah menjadi bau amis. Baju jadi selalu basah belum lagi lantai menjadi kotor. Depan rumah atau dapur yang ada lelenya jadi banyak lele bertebaran.
Keberaniannya memegang lele membuat saya tak habis pikir, anak ini tak memiliki rasa takut pada binatang. Semua yang ditemuinya dijadikan teman bermain seru. Bukan hanya lele, begitu juga dengan kucing, cacing, dan binatang yang ia temui.
Fay dengan aneka binatang yang disukainya, adalah salah satu dalam kecerdasan naturalis. Dimana anak mampu mengenali alam dalam flora dan fauna. Tak ada masalah jika hewan-hewan tersebut tak membahayakannya, asal orangtua selalu mengawasi dan tetap memberikan edukasi.
Karena namanya bukan hewan peliharaan bagaimanapun ada hal yang dikhawatirkan yaitu kebersihannya.
Anak dengan kecerdasan naturalis dan bagaimana menyikapinya yaitu :
- Selalu dampingi dan beri edukasi tentang binatang yang sedang disukainya.
- Jangan melarangnya dengan kasar dan membuatnya takut dengan kata-kata negative yang kelak akan menjadikannya selalu takut melihat binatang apapun.
- Ajari tanggung jawab menjaga kebersihan
- Mengenalkan habitat tempat tinggal binatang
- Ajari rasa sayang terhadap makhluk hidup termasuk binatang
Nah Moms, apakah punya pengalaman yang sama juga dengan saya. Yuk ceritakan apabila ada si kecil yang memiliki kecerdasan naturalis seperti ini.
Salam Mommy
Gak habis pikir sama anaknya mba Erna ini, bisa megang lele
BalasHapusiya mba, saya aja penakut. gak berani pegang lele.
HapusBerani sekali, hati-hati di patil lele, bisa meriang konon katanya.
BalasHapussudah beberapa kali kena patil, tapi biasa aja dan gak kenapa2, malah makin asyik main sama lele.
HapusWaaah mandiri banget mba anaknya. Dan penyayang hewan. Sehat terus ya dek Fay :)
BalasHapusterima kasih mba Ndy pada. Salam kenal.
Hapushahaha lucu :)
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya
Hapus