Membaca buku ini sebenarnya dapat reward dari penerbit, karena telah meresensi buku penerbit yang bersangkutan. Kemudian saya segera meresensikan dan kirim ke media cetak, tapi antrinya lama dan tak ada jawaban, maka saya kirim ke media online alhamdulilah tayang. Kalaupun tidak tayang, bisa diposting diblog sendiri juga sih. Intinya tetap harus suka baca. Yuk kita baca resensinya :
Judul : Pengen Disayang Suami? Perbaiki Komunikasinya
Penulis : Yessy Wulandari
Penerbit : Saufa - Divapress
Tahun terbit : 2015
Jumlah Halaman : 212 Halaman
ISBN : 978-602-7695-74-0
Rumah tangga yang harmonis adalah dambaan setiap keluarga. Suasana indah tersebut hanya didapat pada komukasi yang berjalan lancar. Komunikasi lancar karena keadaan psikologis terkontrol dengan baik. Untuk membangun keharmonisan itu diperlukan ilmu komunikasi untuk pasangan. Terutama untuk seorang istri yang perannya berpengaruh besar kepada suami . Agar disayang suami, maka dimulai dengan menyayangi suami. Buku “Pengen Disayang Suami? Perbaiki Komunikasinya” sangat cocok untuk para istri yang ingin belajar banyak tentang tuntunan komunikasi pada suami.
Buku ini berisi mengenai cara membaca bahasa tubuh suami, mendengarkan suami dengan baik, cara membaca ekspresi wajah suami, teknik berbicara yang baik dengan suami, tuntunan membangun keintiman dengan suami, tuntunan mengatasi masalah dengan suami, tuntunan berdamai dengan suami, dan lain-lain.
Secara umum, bahasa tubuh seseorang yang bahagia ditunjukkan dengan pandangan penuh percaya diri. Matanya cenderung menatap lurus dan tajam, nada bicaranya jelas cenderung keras, serta senyumannya lepas dan bebas. Ia juga sangat mudah berbagi kebahagiaan dengan orang lain. (Halaman 22).
Menurut Yessy Wulandari gambaran umum orang bahagia diatas jika ditampilkan oleh suami maka artinya suami tengah berbahagia. Jadi sikap istri ketika suami tengah berbahagia hanya perlu diimbangi dengan sikap positif.
Bahasa tubuh paling umum yang ditampilkan seseorang ketika gelisah adalah menggerakkan badan secara tidak beraturan. Gerak badan seperti itu mengandung makna adanya perasaan tidak tenang atau kurang nyaman terhadap situasi yang tengah dihadapi. Bahkan secara emosional, gerak badan yang tidak beraturan menjadi simbol bahwa emosi seseorang tidak terkendali secara utuh. (Halaman 26). Ketika suami dalam keadaan gelisah ada dua pilihan dalam menjalin komunikasi. Pertama, jadi pendengar yang baik, berkaitan dengan hal ini kebanyakan orang yang gelisah ingin didengarkan. Kedua, membiarkan suami untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Dalam komunikasi antara pasangan suami-istri, hal yang paling penting adalah keberadaan hati (Halaman 52). Mendengarkan dengan hati berarti mengajak suami untuk mempersatukan ikatan batin. Dalam konteks ini, perasaan untuk memberikan kenyamanan kepada pasangan selalu dikedepankan. Sebab, hati senantiasa menuntun untuk berbuat yang terbaik bagi pasangan. (Halaman 53).
Dalam banyak kasus, pertengkaran sering berawal dari seseorang yang tidak mampu membaca situasi pasangan secara baik, (halaman 65).
Pahamilah bahwa ketika suami merasa lelah, ia sejatinya ingin diperlakukan secara istimewa. Sikap positif lain yang cukup sederhana adalah membuatkan suami minuman hangat. Dalam hal ini, teh merupakan pilihan terbaik. Sejumlah pakar kesehatan menyatakan bahwa teh adalah minuman yang paling cocok dikonsumsi saat tubuh manusia merasa lelah. Sebab, teh mengandung berbagai zat bermanfaat, seperti kafein polifenol, vitamin A, C, dan E. kandungan zat-zat tersebut dipercaya mampu membuat tubuh seseorang yang mengonsumsinya lebih rileks dalam beraktivitas. (Halaman 89).
Pada komunikasi yang efektif dan sehat, setiap individu memiliki porsi yang seimbang untuk menyampaikan pendapatnya (Halaman 116). Jadi setiap pasangan memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya, dengan tujuan ingin selalu membuat keadaan menjadi lebih baik. Pernikahan merupakan upaya untuk membuat pribadi dewasa menjadi satu kesatuan sehingga tercipta sinergi untuk mencapai tujuan (halaman 150).
Buku ini penuh teori tentang ilmu komunikasi kepada pasangan. Gaya bahasa yang padat membuat buku ini butuh pemahaman dalam mencernanya. Tidak adanya kisah-kisah atau study kasus membuat buku ini monoton. Namun buku ini bisa dijadikan bacaan untuk para istri yang ingin disayang suami. Sehingga dapat menambah wawasan mengenai komunikasi dengan pasangan.
bookmark buku kece nih
BalasHapusterima kasih mba inda Chakim sudah mampir :)
BalasHapusIlmu baru makasih Teh Erna
BalasHapusSudah ada ditoko buku blm ya
BalasHapus