Menulis, hobi yang saya sukai sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika pulang sekolah ada perasaan sedih, senang, marah, atau perasaan lainnya saya akan menulis di tengah-tengah buku. Lalu saya tarik dan jadilah kertas surat. Saya akan bercerita pada kertas kosong itu, dari A-Z. Lalu setelah selesai saya akan lipat-lipat tidak boleh ada yang membacanya. Nanti ketika perasaan saya sudah normal (xixixix maksudnya sudah bisa jaga emosi) saya akan baca kembali. Ternyata saya menjadi suka sekali dengan tulisan-tulisan saya, serta bisa mengambil hikmahnya. Sehingga kalau kejadian apapun yang berulang saya sudah bisa menyikapinya.
Waktu berlalu, hingga saya masuk kuliah. Tulisan-tulisan saya hanya konsumsi pribadi. Dengan modal nekad ikut menulis di sebuah tulisan online yang akan ada pembaca yang memberi rating. Wow... saya terkejut luar biasa ketika tulisan saya dikripik pedas, di ciki-ciki (mirip caci maki, xixixixix bikin istilah sendiri). Dari situ saya tambah nekad (eh gak kapok kapok ya, jadi jalma teh). Saya bertekad MAU BELAJAR. Positif kan ^_^.
Mulai mencari-cari kelas menulis, membeli buku-buku, mendekati komunitas, hingga capek sendirian (wkwkwkwwk boleh diketawain, saya mah gitu orangnya dibikin happy wae lah). Lelah karena ilmu gak bertambah-tambah. Ambisi ingin menulis semakin membuncah.
Akhirnya saya borong buku banyak. Itu berefect saya harus puasa sunnah, di kampus saya nyatet terus gak pernah fotocopy (hhihi jadi penulis beneran), naik angkot dikurangi jadi kebanyakan jalan kaki biar sehat, gak pergi kemana-mana baca aja buku di kamar kost-an.
Akhirnya saya borong buku banyak. Itu berefect saya harus puasa sunnah, di kampus saya nyatet terus gak pernah fotocopy (hhihi jadi penulis beneran), naik angkot dikurangi jadi kebanyakan jalan kaki biar sehat, gak pergi kemana-mana baca aja buku di kamar kost-an.
Lalu mulai memakai metode ATM, yaitu Amati, Tiru, dan Menulislah terus. Hingga dengan kepercayaan diri ikut audisi antologi remaja. Saya pun senang bukan kepalang bukunya terbit, langsung saya berikan kepada dosen saya.
Dari situ saya gak kapok-kapoknya, malah terus saja menulis. Mulai mengikuti antologi lain dari puisi, fiksi dan Nonfiksi. Merambah ke majalah cetak dan online. Saya mulai mengirim puluhan artikel. Akhirnya muncul deh satu satu artikel saya di majalah A,B,C,D, dll.
Dari situ saya gak kapok-kapoknya, malah terus saja menulis. Mulai mengikuti antologi lain dari puisi, fiksi dan Nonfiksi. Merambah ke majalah cetak dan online. Saya mulai mengirim puluhan artikel. Akhirnya muncul deh satu satu artikel saya di majalah A,B,C,D, dll.
Lebih dekat kepada dunia tulis-menulis membuat saya focus menulis, ide-ide yang menumpuk sedikit demi sedikit tersalurkan. Lalu lahirlah buku NonFiksi remaja, buku Islami Anak.
Masih modal nekad, saya belajar meresensi buku orang lain, penulis-penulis keren. hingga terbitlah resensi di koran, majalah dan web online. Dari hasil meresensi itu saya dapat banyak ilmu selain dapat juga reward (alhamdulillah).
Dari situ banyak yang bertanya,
"Kakak suka nulis fiksi?"
"Iya." jawabku dengan senyum semanis gula
"Mba suka nulis non fiksi?"
"Iya." jawabku dan tersenyum semanis madu
"Bu, ibu nulis cerita anak?"
"Iya." jawabku dan tersenyum semanis gulali
"Teteh ngeresensi buku juga?"
"Iya." jawabku dengan senyuman semanis lolipop
"Mbak branding nya penulis apa?"
*cuma bisa nyengir. ketawa getir dalam hati.
Berhari-hari saya pun memikirkannya. Sing penting mah nulis na, bermanfaat dunia dan akhirat. Pahala mengalir, amal kebaikan jalan. Allah SWT saja yang menilai. Amiin. Tetapi memang branding penulis itu juga perlu sekali.
Kalau ditanya branding sebagai penulis, pasti jawabnya penulis gado-gado karena semua ada. Biasanya kan penulis itu memiliki personal branding yang sekali orang sebut namanya sudah ingat deretan bukunya. Misal sebut nama Mas Ippho Santosa pasti langsung ingat keajaiban rezeki, Ustad Yusuf Masyur dengan keajaiban sedekah,Ustadz felix siaw dengan buku no pacaran dan jilbab yuk, atau Salim A Fillah, Tere Liye, Helvi Tiana Rosa, Dewa Eka Prayoga, Tendi Murti, Tethy Ezokanzo, DianKristiani, Miyosi Ariefiansyah, Aprilina Prastari dan sederet penulis ternama yang sekali sebut namanya langsung sudah teringat branding.
Kalau ditanya branding sebagai penulis, pasti jawabnya penulis gado-gado karena semua ada. Biasanya kan penulis itu memiliki personal branding yang sekali orang sebut namanya sudah ingat deretan bukunya. Misal sebut nama Mas Ippho Santosa pasti langsung ingat keajaiban rezeki, Ustad Yusuf Masyur dengan keajaiban sedekah,Ustadz felix siaw dengan buku no pacaran dan jilbab yuk, atau Salim A Fillah, Tere Liye, Helvi Tiana Rosa, Dewa Eka Prayoga, Tendi Murti, Tethy Ezokanzo, DianKristiani, Miyosi Ariefiansyah, Aprilina Prastari dan sederet penulis ternama yang sekali sebut namanya langsung sudah teringat branding.
Apa arti personal Branding sih?
Menurut artikel herword.co.id,personal branding adalah sebuah cara memasarkan diri atau imej kita secara individu. Bahasa mudahnya adalah orang akan ingat nama kita dengan brand lebih spesifik lagi. Seperti Tethy Ezokanzo penulis buku anak, Guntur Alam cerpenis, Tere Liye penulis novel, dan masih banyak lagi. Sebuah profesi yang diingat oleh orang-orang hingga melekat pada dirinya.
Jika belum menemukan personal branding,sebaiknya tentukan sejak awal, setelah niat ingin menjadi penulis. Fokuskan karya mau dibidang parenting, fiksi, buku anak, atau yang lainnya. Ketika fokus akan mudah dikenali dan mudah diingat oleh para pembaca. Namun, apabila yang menikmati proses dengan belajar ke penjuru arah dan untuk dibagi kembali ilmunya silahkan. Karena sebuah proses akan membuat penulis semakin memiliki rasa, kepedulian dan juga dapat menggali bakatnya sendiri.
Bisa juga dengan menentukan langkah agar bisa membentuk personal branding,dengan cara :
Menurut artikel herword.co.id,personal branding adalah sebuah cara memasarkan diri atau imej kita secara individu. Bahasa mudahnya adalah orang akan ingat nama kita dengan brand lebih spesifik lagi. Seperti Tethy Ezokanzo penulis buku anak, Guntur Alam cerpenis, Tere Liye penulis novel, dan masih banyak lagi. Sebuah profesi yang diingat oleh orang-orang hingga melekat pada dirinya.
Jika belum menemukan personal branding,sebaiknya tentukan sejak awal, setelah niat ingin menjadi penulis. Fokuskan karya mau dibidang parenting, fiksi, buku anak, atau yang lainnya. Ketika fokus akan mudah dikenali dan mudah diingat oleh para pembaca. Namun, apabila yang menikmati proses dengan belajar ke penjuru arah dan untuk dibagi kembali ilmunya silahkan. Karena sebuah proses akan membuat penulis semakin memiliki rasa, kepedulian dan juga dapat menggali bakatnya sendiri.
Bisa juga dengan menentukan langkah agar bisa membentuk personal branding,dengan cara :
- Niat yang kuat dan tekad untuk menjalankan proses
- Mengenali apa yang paling penting dan inti yang menjadikan Anda ingin belajar untuk mempelajarinya lebih dalam
- Kenali passion Anda, apa yang Anda minati, dan kuasai.
- Mengasah terus bakat diri, agar semakin tahu dan merasa enjoy serta nyaman.
- Menentukan skala untuk hal-hal yang diminati dan dikuasai
- Satukan hal yang Anda minati, menjadi lebih spesifik dan tajam.
- Buatlah tagline untuk diri Anda yang membuat Anda sangat merasa cocok dengan kalimat tersebut.Seperti Tagline saya yaitu menulis untuk berbagi kebaikan. jadi saya fokus menulis dan membagikannya kepada siapapun yang ingin belajar.
Yuk, mulai menata personal branding sendiri, bersama saya juga yang masih merapikan folder perjalanan hidup saya. Semoga kita dikenal sebagai orang yang selalu berbagi kebaikan.
SalamPersonalBranding
Terimakasih utk artikelnya mba Erna. Inspiring loh ini buat pnulis amatiran kek saya
BalasHapusSama-sama dik Rohma yang manis. ALhamdulillah jika artikel ini bermanfaat dan buat renungan juga kepada saya sendiri.
HapusArtikelnya sangat menarik, mbak. Saya merasa masih belum bisa menentukan personal branding saya yang masih belajar menulis. Saat ini saya masih ingin menulis saja.
BalasHapusSemoga saya segera bisa menentukan personel branding pribadi. :)
Salam kenal ya mbak
Aminn,sama mba saya juga sedang menata :)
HapusPersonal brandingku makin kacau balau nih sejak jadi blogger :D
BalasHapussetuju mba Leyla, me too. banyak yang protes juga kok palugada, semuanya jadi ada *nasibdapatkripik
Hapussaya belum punya personal branding nih... nulis apa aja kepengen. memang harus sudah dimulai nih punya personal branding
BalasHapusiya mba Santi dewi memang kalau bisa dari awal. Tapi tidak memaksa juga jika penulis itu menikmati PROSES.
HapusPersonal Branding saya, pas ikutan arisan link, sebagai blogger buku aja deh :D. Abis bingung juga kalau melirik blog personal yang gado-gado hehehe.
BalasHapusSama seperti Stephen king ya, personal brandingnya dia Penulis Novel Thriller. Terima kasih mba tulisannya, bisa jadi pengingat untuk mengasah apa yang disukai dan digemari.
wah keren blogger buku itu paling langka dan profesi mulia. membantu mengulas buku dengan suara hati yang terdalam. Lanjutkan mba saya dukung :)
HapusSaya sendiri juga belum tau seperti apa saya ini. Hehehe
BalasHapusyang penting banyak belajar dulu kali ya mbak :D
iya mas, me too. semoga kita rajin belajar ya mas :)
HapusAh, sepertinya saya ga bisa pindah ke lain hati. Akan jadi penggemar tulisan teh Erna nih. Nuhun ya teh, banyak ilmu yang saya serap
BalasHapussama-sama kang, senang sekali jika artikel yang saya tulis bermanfaat
HapusIya juga ya mba. Apalagi di bidang menulis sendiri banyak banget warna warninya. Kadang kalo fokus sama satu warna, kita bisa lebih mudah dikenali. Hmm ... yuk belajar. Btw warnaku apa ya? Hihihi .... Aku masih sangat harus banyak belajar lagi nih.
BalasHapusIya mba Acha kenali warna sendiri itu yang pertama, dan sesuai yang kita minati :)
HapusSuka tulisannya Erna. Kayanya apa standar penulis pemula ya kalau nulisnya gado-gado. Minimal mau dan bisa nulis aja dulu. Belum bisa mikir penjurusan yang lebih spesifik. Apalagi kalau nempel istilah blogger yang dapat tawaran menulis kanan kiri. Saya sempat baca penulis yang tidak mau disebut sebagai blogger.
BalasHapussemua kembali pada diri sendiri nyamannya gimana. untuk enjoy dibidangnya tak bisa dipaksakan namun dirasakan. Makasi ya mba Shanty Dewi :)
HapusIyah mba setuju dengan artikelnya... harus menata diri lagi nieh biar brandingnya dapat...
BalasHapussaya inget lomba ingetnya mba ira guslina "duniabiza" sudah terpersonal branding , asyiiik :)
HapusAkupun masih penulis gado2, bahasa markomnya mah positioning ceunah.
BalasHapusKeren sangat mba artikelnya, thanks ya udah kasih masukan 😄
emak keren komen dimareeee, gapapa gado-gado emak mah enak kok :)
HapusNekat yang Kereen... Ternyata perlu ya PB. Kalau pingin buku terbit tapi gak pingin terkenal. Hanya ingin menulis saja gimana Mbak Erna. Ghost writer karya sendiri, nama pena yang ganti-ganti atau?
BalasHapus